Sekarang saya ingin lebih masuk ke pembahasan histori.
Menarik, sebab kita juga perlu tahu kenapa bisa toko kolontong ini menjamur? Siapa
yang mepelopori? Sebab momentum munculnya toko kelontong ini juga dibarengi
perubahan sistem tansaksional kala itu: yang awalnya menggunkan sistem barter
menjadi sistem bayar tunai.
Perubahan terjadi pada akhir abad 19, ketika Pemerintah
Belanda kala itu mengubah sistem pajak. Awalnya penduduk desa yang mayoritas
petani bisa membayar pajak dengan kerja wajib. Nampaknya Pemerintah Belanda
berusaha menekan biaya produski dan menguasai lahan. Makanya mereka mengubah
sistem pajak menjadi bayar tunai dengan
uang. Kebijakan ini membebankan para petani desa, sebab mereka jarang sekali
melakukan traksasi menggunakan uang.
Keadaan ini membuat para petani terpaksa menyewakan tanahnya ke pihak Belanda dan bekerja di kebun-kebun yang dikelola belanda pula. Tentu saja harga sewa dan gajinya sedikit. Ingat prinsip pemerintah belanda menjalankan sistem eknomi kapitalisme. Prinsip dasarnya, menekan biaya produksi sekecil mungkin, dan menjual dengan harga tinggi.
Celakanya, sistem
ini dikombinasikan dengan kolonialsime klasik ala belanda. Apa itu?
Kolonialisme klasik jelas tindakan penjajahan demi keuntungan si penjajah.
Namun di situ ada embel-embel ‘klasik’, itu artinya penjajahan yang dilakukan
Belanda bersifat menghancurkan. Berbeda dengan Inggris, mereka masih memberikan
minimal fasilitas pendidikan untuk penduduk yang dijajah. Meski demikian tetap
saja, keduanya buruk.
Nah masyarakat saat itu berada di situasi yang sulit
secara ekonomi. Kesulitan itu bahkan ‘dibuat’. Sebab pemerintah Belanda dengan
sadar menetapkan pajak yang menyulitkan. Kalau sekarang biasanya disebut
‘miskin sistematis’, misikin yang desebabkan oleh satu sistem.
Kita tahu orang China biasanya memiliki insting dagang
yang bagus. Ternyata sudah sejak dulu. Keadaan masyarkat yang sulit dan
kebutuhan sehari-hari juga harus dipenuhi. Para pedangan China punya insisatif
untuk menawarkan barangnya. Caranya berkeliling dari desa ke desa. Barang yang
ditawarkan biasnya kebutuhan pokok dan alat rumah tangga.
Nah, ada yang unik, para pedagang China untuk menarik
para pembeli ia membunyikan mainan yang namnya kelontong. Mainan ini berbentuk
tabung seperti gendang, dengan tali dibagian samping. Tali tersebut digunakan
untuk membunyikan mainan. Sehingga menghasilkan suara klotok-klotok-klotok.
Orang jawa kalau memberi nama barang itu simpel, tinggal beri nama sesui bunyi. Misal bagian tali helm yang digunakan untuk merekatkan disebut cekrekan, sebab ketika direkatkan bunyinya “krek”. Begitu juga nama mainan kelonotong, asalnya dari bunyi klotok.
Sedangkan para
pedagang China ini membawa mainan kelontong, seiring waktu, para pedagang ini juga
disebut pedagang kelontong. Kelak ketika para pedagang mendirikan toko, tetap
disebut toko kelontong.
Begitulah awal mulanya, konsep jualan kelontong dimulai
dari orang-orang keturunan China di Indonesia.