Kata dan Media Sosial adalah Bias









Kata sering bermasalah dengan media sosial, kita sering melihat orang salah faham dengan kata. termasuk tanda baca, dan besar kecil huruf.

Orang mengatakan 'asu', bisa berarti 'kasih sayang' dan 'kedekatan'. Orang mengatakan 'cinta', malah diartikan 'dusta'. Kok bisa, aku punya jawaban.

Satu hal, bahwa ini membuktikan kalau 'kata' dan 'media sosial' itu dibatasi jarak. Batas jarak itu disebut 'bias'. 

Jika dibuat rumus, maka kira-kira seperti ini; 

Kata + Media Sosial = Bias

Jika menggunakan term dan variabel di atas; aku dan cinta. Maka jawabanya sebagai berikut;

Aku + cinta = dusta

Sedangkan jika menggunakan term dan variabel; kamu dan asu

Kamu + asu = Kedekatan

Term Aku dan Kamu adalah subjek yang mempresentasikan personal (diri sendiri atau orang lain). Sedangkan term Cinta dan Asu adalah objek yang ada (tertulis) di media sosial.

Ini bukan misuh-misuh lo ya, tidak bermaksud tidak sopan. Ini kenyataan yang aku hadapi sendiri. ini umpama kamu WA temenmu, "Cok, pie kabarmu? ta kira wis mati". WA semacam itu aku lihat di capture screenshot kawan lalu ia unggah di Twiter. 

Kalau orang lain yang membaca pasti dikira ia sedang bersitegang. Namun karena aku sudah punya rumus itu. Aku langsung paham kata 'cok' itu berarti kasih sayang, atau semacam panggilan sayang, dan kalimat "ta kiro wes mati" itu menunjukan rasa kawatir yang teramat besar. 

Itulah bias media sosial dan kata, yang sehari-hari ini tidak bisa kita hindari. Tidak jarang malah menyulut konflik, hanya karena salah faham.

Penulis/Jurnalis

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar
© Dhima Wahyu Sejati. All rights reserved. Developed by Jago Desain