Ricuh di Tugu Tani Kartasura



Ketika orasi masih bergema, ada spanduk besar digiring ke arah mobil komando. Saya tidak tahu persis tulisannya, yang jelas gambarnya babi, ukurannya besar sekali. Yang jelas spanduk itu cukup provokatif, mengibaratkan DPR seperti babi.Ketika sapduk itu ke arah mobil komando, lalu dibelokan ke arah Bank BRI, di samping bank BRI ada papan reklame cukup besar.

Saya melihat beberapa orang yang inisiatif naik, niat mereka menaikan spanduk itu ke atas dan menutup papan reklame. Spanduk ditarik ke atas, dari bawah ada polisi yang menarik sampai tali rafia putus. Pak polisi nampaknya keberatan jika spanduk itu dinaikan. Beberapa masaa tidak terima, mereka kemudian meneriaki dan mengumpat ke arah polisi, bahkan sampai melempari polisi pakai botol minum. Mobil komando berusaha menenangkan, namun massa terlanjur terprovokasi.

"Mundurrrr!!!!"

Lalu dari arah tengah masa berhamburan mundur. Saya ikut mundur. Saya melihat orang2 yang tadi duduk di trotoar tiba2 berdiri lalu maju. Mahasiswa banyak yang mundur, di sisi lain banyak juga yang malah provokatif. Sampai suara dentuman pertama terdengar, gas air mata dilempar.

Massa semakin mundur. Saya mundur pelan, berusaha memahami situasi. Sebenarnya ada apa?Padahal orasi masih akan dilanjutkan, tapi massa keburu terprovokasi. Setelahnya saya tidak tahu, sebab saya membawa dua kawan mahasiswa baru, saya prioritaskan mengamankan mereka.

Saya megkawatirkan keselamatan mereka berdua. Sebab mahasiwa IAIN tidak dikoordinir sama sekali oleh DEMA I (BEM), malah mereka mengeluarkan surat yang menyatakan tidak bertanggung jawab jika mahasiswa IAIN Surakarta ikut turun. Jika kita nekat dan tertangkap, urusannya pajang, karena gak ada panitiia yang membatu (dari DEMA-I)Ketika saya mundur, ada beberapa orang yang terus memprovokasi aparat. Bahkan saya melihat ada orang yang berusaha merusak lampu lalu lintas dekat RS PKU Muhammadiyah Kartasura. Jelas ini vandalisme

Bahkan di perempatan Kartasura, massa berbaju hitam tanpa almamater menyerang mobil polisi. Termasuk merusak pembatas jalan. Ini benar2 tidak pantasBeberpa kawan saya tanyai situasi di Tugu Kartasura, banyak yang bilang masih ricuh dan ada korban luka. Tidak jelas berapa, namun yang jatuh cukup banyak dari pihak mahasiwa (pakai almet)Ketika situasi semakin panas, kawan2 mahasiswa (dengan almet) masuk ke gang kampung. Kabanyakan dari merka mahasiswa UNS dan UMS.

foto by mufida



Beberapa ada yang berjalan ke kampus IAIN Surakarta untuk istirahat dan sholat. Saya dan dua kawan, mencari tempat aman di masjid kampus. Sejenak istirahat, lalu saya berusaha memahami beberapa rentetan yang saya lihat. Dan jelas kesimpulannya adalah; ada provokasi. Entah, sejak awal mungkin memang mereka meniatkan untuk itu. Sampai niat pula membawa kembang api dll.

Pukul 06.37 saya mengambil motor teman yang berada dekat RS PKU Muhammadiyah Kartasura. Karena jalan ke arah kampus di tutup, saya terpaksa lewat tugu Kartasura. Di sana hanya ada polisi dan sisa gas air mata. Gas nya masih sangat menyengat, lewat sebentar saja sudah bikin mata pedas.

Pukul 7.33 saya dan kawan mencari jalan aman untuk pulang. Massa di tugu Kartasura sudah tidak banyak, namun beberapa kawan mengabarkan masih terdengar dentuman. Sekitar jam 8an akhirnya kita memutuskan untuk pulang. Sembari pulang kami diperingkat; banyak aparat yang sweeping mencari mahasiswa peserta aksi. Hingga status ini saya buat, belum ada kabar ada atau tidak mahasiswa yang tetangkap. Oh iya saya lupa, tadi ketika kericuhan semakin menjadi-jadi, truk polosi digulingkan dan dibakar.

Ada beberpa hal yang saya sesalkan di aksi ini;

1. DEMA I IAIN Surakarta (BEM) tidak sama sekali mengkoordinir mahasiwa IAIN untuk aksi. Padahal saya melihat banyak kawan2 yang turun. Kebanyakan tanpa Almet. Koordinir ini penting untuk berjaga-jaga kalau ada mahasiwa IAIN yang jadi korban subversif aparat. Atau malah jagani kalau ada yang tertangkap. Jadi, jalur koordinasinya bisa lebih jelas Lah ini, DEMA I malah lepas tangan, ketika saya konfirmasi ternyata benar, lengkap saya juga disodori surat resmi. Yang isinya tidak bertanggung jawab jika mahasiswa IAIN turun

2. Aksi tadi kecolongan oleh oknum yang provokatif. Padahal belum sempat orasi diselesaikan, dan belum sempat pula ada MoU sudah keburu ricuh

3. Aksi di Solo terkesan ada dualisme. Ada dua aksi yang berbeda, yang satu di bundaran Selamet Riyadi, dan yang satu di Tugu Kartasura. Keduanya beda penyelenggara, yang satu kawan2 BEM Solo, yang satu kawan2 dari organisasi external. Seharusnya kita bisa berkaca dengan aksi di Gejayan, Jogja. Di sana, semua kalangan bisa jadi satu, tidak heran massanya banyak. Bahkan, dua kali lipat dari aksi #GejayanMemanggil sebelumnya. Demikian keresahan saya. Panjang umur keadilan. Panjang umur kebaikan. Panjang umur perjuangan. Semoga kawan2 sehat semua. Aamiin

#MosiTidakPercaya #GagalkanOmnibusLaw

Kartasura, 8 Oktober 2020

Penulis/Jurnalis

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar
© Dhima Wahyu Sejati. All rights reserved. Developed by Jago Desain